Skip to main content

Bukan Karena Melawan

Inilah kisah malang si pembobol toko. Setelah kabur dari kejaran petugas selama beberapa pekan, akhirnya tertangkap. Selain tak lagi bisa mengelak, pria ini mengaku sebenarnya telah pasrah dan berniat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. Terpenting, dia bertekad mengakhiri pengalaman kejahatannya yang pertama dan terakhirnya itu untuk kembali menekuni warung bersama istrinya. Sayang, dua kakinya tak lagi sesempurna tekad bulatnya. Timah panas bersarang, menyayat kepiluan hatinya tanpa perlawanan berarti.


MULUT Yono menyeringai menahan sakit yang nyaris tak tertahankan, saat berada di markas kepolisian,  Jumat pekan terakhir bulan lalu. Empat peluru bersarang di dua kakinya, masing-masing dua butir. Ketika hendak buang air kecil, pria 40 tahun asli Klaten itu hanya bisa bergerak dengan menyerahkan berat tubuhnya di lantai. Bertumpu pada dua tangannya, dia lantas menyeret kakinya yang tak berdaya, menuju kamar mandi di sudut ruang satreskrim. Dia tak menyangka, keterlibatannya dalam aksi pembobolan tiga toko baru-baru ini, yang disebutnya sebagai pengalaman pertama sekaligus akan menjadi yang terakhir, berujung malang. Tiada untung, dua kakinya justru nyaris buntung akibat tembakan petugas. Seandainya sejak semula dia bisa menahan diri untuk tidak terbujuk iming-iming pelanggan warungnya, sebut saja Pras, Nur, Bam, dan Wok, tentu siang itu dia masih bisa meraup lebih banyak rejeki dari penjualan berbagai jenis minuman botol di kawasan lokalisasi ternama di Kota Gudeg. Namun bukan sesal namanya jika belum terlanjur. Yono mengaku rela mendapat luka nyeri di kakinya. Meski sebenarnya menurut pengakuannya secara diam-diam, penembakan itu bukan karena dia melawan petugas. "Beberapa waktu setelah saya ditangkap, mata saya ditutup dan dibawa ke sebuah lapangan, tidak tahu daerah mana." Pulang dari lokasi yang tak dikenalnya itu ke kantor polisi, dua kakinya sudah dalam kondisi diperban. Bau amis darah segar tercium dan tampak mengalir. Nyeri, ya dia mengaku luka tembak itu menyakitkan. Namun, nampaknya ada rasa yang lebih nyeri, di dada, yang bahkan tidak bisa diutarakannya. Kenyataan bahwa kini kondisinya mengenaskan, membuatnya tak kuasa menemui istri tercinta yang siang itu menjenguknya di tahanan. Alhasil, istrinya kembali pulang setelah meninggalkan sebotol air mineral kepada petugas, untuk suaminya yang malang itu. Tentu, dia kembali ke warung dan mengurusnya seorang diri, tanpa suami yang masih ditahan dalam kondisi nyeri di kaki.

Comments

Popular Posts